PROFIL DESA GLAGAHWARU
Ditulis pada Februari 16, 2012
Desa Glagahwaru termasuk
dalam wilayah administratif kecamatan Undaan, kabupaten Kudus, Jawa
Tengah. Desa Glagahwaru berbatasan dengan desa Terangmas di sebelah
utara, desa Berugenjang di selatan, desa Kutuk di sebelah timur dan desa
Kalirejo dan medini di sebelah barat. Jumlah penduduk desa Glagahwaru
adalah 1.231 kepala keluarga, terdiri dari 1.869 laki laki dan 1.866
perempuan. Mayoritas penduduk beragama Islam. Yang tersebar di 2
pedukuhan.
Desa Glagahwaru dipimpin oleh seorang kepala
desa, yaitu Bp H. Mahmudi, yang dibantu oleh sekretaris desa, Bp H.
sumarno dan perangkat lainnya. Untuk fasilitas-fasilitas yang terdapat
di desa Glagahwaru, antara lain, 1 PAUD, 1 TK, 4 buah SD/MI, 1 buah
MTs, 1 Diniah, 2 buah Masjid, 14 Mushola.
Sebagian
besar area desa Glagahwaru berupa persawahan, yaitu tanah sawah 215,301
ha, tanah kering 52,935 ha dan 7 ha berupa jalan sungai dan makam dari
luas total 275,236 ha. Sehingga dapat diketahui mayoritas penduduk desa
Glagahwaru adalah petani dan mata pencaharian lain sebagai pedagang.
Komoditas utama yang dihasilkan oleh desa Glagahwaru adalah beras pada
MT (masa tanam) 1 dan MT2, dan Semangka dan melon pada MT3.
Berikut ini Google Maps Desa Glagahwaru:
Unit Kegiatan Masyarakat (UKM)
Adapun beberapa contoh Unit Kegiatan Masyarakat yang ada di Desa Glagahwaru, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus adalah Berupa usaha tenun dan usaha yang konsentrasinya makanan seperti tiwul dan tapak belo.Tenun
Walaupun pulau Jawa lebih terkenal dengan beragam batiknya, namun ada sebuah kemungkinan bahwa dulu, jauh sebelum dikenalnya batik, teknik tenun ikat telah terkenal terlebih dahulu. Menurut para arkeolog, relief pada candi-candi peninggalan abad ke-14 menyerupai motif-motif ragam hias batik. Namun, Matiebelle dalam bukunya yang berjudul “Splendid Symbol, Textiles and Tradition in Indonesia (1977)” mengatakan bahwa kemungkinan motif tersebut tidak hanya diterapkan pada batik saja, melainkan sudah terlebih dahulu ada pada kain TENUN ikat.
Terlepas dari sejarah tenun di pulau Jawa, ada beberapa daerah di Jawa yang memiliki tenun dengan motif-motif indah bahkan dilirik di mancanegara, seperti tenun Baduy dari Banten, Jawa Barat dan tenun troso dari Jepara, Jawa Tengah. Keindahan tenun Indonesia juga banyak memikat para perancang busana kenamaan. Mengapa? Karena selain indah, kain tenun dapat membuat pemakainya kian eksotis juga anggun.
Untuk konsentrasi tenun yang ada di desa Glagahwaru sendiri, terdapat adanya UKM tenun Troso yang telah di kenal berasal dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Tenun Troso
Troso adalah nama salah satu desa di kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara. Di desa inilah, komunitas pengrajin tenun troso berkegiatan. Sebenarnya, tenun troso adalah teknik tenun gedok dan dalam jangka waktu cukup panjang berkembang menjadi tenun ikat. Kerajinan tenun ini yang berkembang sejak zaman Belanda ini memiliki sekitar 50 corak khas Troso yang dijaga keasliannya, seperti corak ikat lusi, ikan pakan, dan lurik. Selain corak-corak tersebut, beberapa pengrajin tenun Troso pun mengatakan bahwa banyak juga corak Troso yang mengadopsi corak daerah lain, seperti corak primitf dari Sumbawa dan Kalimantan.
Di Jepara, tenun Troso merupakan seragam resmi PNS dan karyawan BUMD setiap hari Kamis – Sabtu. Namun, setelah diberlakukan lima hari kerja, tenun Troso dipakai sebagai seragam pada hari Kamis dan Jum’at. Dan di pulau Bali, tenun ini banyak dijadikan sarung.
UKM Tenun ini telah menghasilkan produk berupa kain tenun dengan berbagai corak. Biasanya pemasarannya kebanyakan untuk wilayah Bali dan Jawa tengah pada khususnya.
Tiwul
Berbicara soal makanan unik Pada jaman dahulu, masyarakat Indonesia menjadikan tiwul sebagai makanan pengganti beras atau nasi. Cara membuatnya yaitu singkong yang di kupas kulitnya kemudian dijemur sampai kering, setelah kering kemudian digiling sampai halus dan menjadi tepung. Tepung ini biasa didaerah jawa menyebutnya tepung gaplek atau lebih dikenal tepung tapioka (tepung cassava). Dari tepung inilah kemudian dicampur dengan air dan dibuat menjadi adonan berbutir seperti pasir, setelah itu dikukus selama kurang lebih satu jam,kemudian ditiriskan di atas daun pisang, dan disajikan saat hangat bersama parutan kelapa dan sedikit garam.
UKM pembuat tiwuL di desa Glagahwaru Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus telah memasarkan produknya pada pasar-pasar di daerah sekitar.
Tapak Belo
Selain Tiwul, desa Glagahwaru juga mempunyai satu lagi makanan khas yang disebut dengan Tapak Belo. Tapak Belo yang diproduksi rumahan di dukuh kidul kali ini adalah makanan tradisional yang terbuat dari ketan yang dicampur dengan obat puli, dan potongan kelapa. Tapak Belo disajikan dengan menggunakan parutan kelapa sebagai pelengkap, bisa juga ditambah gula pasir agar terasa lebih nikmat. Tapak Belo hasil dari desa Glagahwaru sampai saat ini baru dipasarkan disekitar desa, yaitu di pasar Babalan.
Foto-foto pemuda karang taruna ne di nteni sing sabar sik yo bro, blum sempet ngirim
ReplyDeleteoke masbroo
ReplyDeletemohon secepatnya pak , biar bisa di entri ke blog
ReplyDelete